Pertemuan 6 (Modul 6: Penentuan Notasi)

Penentuan Notasi (Modul 6)

Diringkas dari: Yulia, Yuyun dan Mustafa, B. (2007). Materi Pokok pengolahan bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka

KEGIATAN BELAJAR I: Penentuan Notasi

A. Penentuan Subyek (Hal. 6.2)
Apabila judul buku belum mencerminkan subjek yang terkandung buku tersebut, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap:
o Halaman judul buku
o Daftar Isi
o Jaket Buku
o Kata Pengantar dan Pendahuluan
o Isi Buku
o Daftar Pustaka
o Sumber Lain (Bibligrafi, KDT, dll.)
Jika perlu, konsultasi pakar.

B. Penentuan Notasi (Hal. 6.4)
1). Penelusuran Melalui Bagan Klasifikasi
o Tentukan subyek tersebut dengan disiplin ilmunya
o Periksa deretan nomor kelas di bawah disiplin ilmu yang bersangkutan
o Periksa setiap catatan, petunjuk atau perintah pada notasi tersebut pada bagan
2). Pendekatan Melalui Indeks Relatif
o Tentukan subyek tersebut dengan disiplin ilmunya
o Cari tajuk subyek dalam urutan indeks relatif
o Periksa rincian subyek untuk mengetahui aspek atau disiplin ilmu yang tepat
o Periksa nomor klasifikasi tersebut pada bagan
o Periksa setiap catatan, petunjuk atau perintah pada notasi tersebut pada bagan.

KEGIATAN BELAJAR II: Penggabungan Notasi DDC

A. TABEL SUB-DIVISI STANDAR (Hal. 6.10)
Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut:
-01 Filsafat dan teori
-02 Aneka ragam
-03 Kamus, ensiklopedi, konkordans
-04 Topik-topik khusus
-05 Penerbitan berseri
-06 Organisasi dan manajemen
-07 Pendidikan, penelitian, topic-topik berkaitan
-08 Sejarah dan deskripsi berkenaan jenis-jenis orang
-09 Pengolahan historis

Cara pembentukan notasi dari tabel subdivisi standar:
i. Tidak terdapat petunjuk penggunaan

1) Notasi dasar dengan angka terakhir 0
Notasi dasar yang berakhir dengan angka 0 sebelum ditambah notasi Subdivisi Standar (T1), angka 0 pada notasi dasar dihilangkan terlebih dahulu. Contoh:
Ilmu Kedokteran 610
Kamus (T1) -03
Kamus ilmu kedokteran 610 + -03 ? 610.3

2) Notasi dasar tanpa angka akhir 0
Notasi dasar yang tanpa diakhiri angka 0, langsung ditambahkan notasi Subdivisi Standar. Contoh:
Koperasi 334
Majalah (T1) -05
Majalah Koperasi 334 + -05 ? 334.05

ii. Ada petunjuk penggunaan
1) Terdaftar di dalam bagan
Kadangkala di dalam bagan sudah terdapat notasi dasar yang tergabung dengan notasi subdivisi standar. Contoh:
101 Teori filsafat
102 Aneka ragam filsafat

2) Ada petunjuk tertentu pada bagan
Kadangkala pada bagan ada petujuk dalam pembentukan notasi dasar ditambah notasi subdivisi standar. Contoh:
300 Ilmu-ilmu sosial
Gunakan 300.1-300.9 untuk subdivisi standar

B. TABEL WILAYAH (Hal. 6.12)
Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut:
-1 Wilayah, daerah, tempat pada umumnya
-2 Manusia pada umumnya tanpa mengindahkan wilayah, daerah
-3 Dunia jaman purbakala
-4 Eropa. Eropa Barat
-5 Asia. Timur Jauh
-6 Afrika
-7 Amerika Utara
-8 Amerika Selatan
-9 Bagian-bagian lain dari bumi dan dunia lain. Oseania

Cara pembentukan notasi dari tabel wilayah (T2) ini adalah sebagai berikut:
i. Ada petunjuk penggunaan
Kadangkala suatu notasi dalam bagan disertai petunjuk penggunaan tabel wilayah. Contohnya:
346 Hukum perdata
346.3-.9 Jurisdiksi dan wilayah khusus
Tambahkan notasi wilayah 3-9 dari Tabel 2 pada angka dasar 346
Indonesia (T2) -598
Hukum perdata Indonesia 346 + -598 ? 346.598
ii. Tidak terdapat petunjuk penggunaan

Jika tidak ada petunjuk pada bagan maka proses pembentukkan notasinya adalah Notasi Dasar + -09 (T1) + T2.
Contohnya:
Pertanian 630
Asia (T1) -5
Pertanian di Asia 630 + -09 + -5 ? 630.95

C. TABEL SUB-DIVISI SASTRA (Hal. 6.15)

Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut:
-1 Puisi
-2 Drama
-3 Fiksi
-4 Esai
-5 Pidato-pidato
-6 Surat-surat
-7 Satir dan humor
-8 Aneka ragam tulisan
Notasi pada tabel ini hanya dapat ditambahkan pada kelas 800. Cara pembentukan notasinya adalah notasi dasar kelas 800 + T3.
Contoh:
Kesusastraan Jerman 830
Puisi (T3) -1
Puisi Jerman 830 + -1 ? 831

D. TABEL SUB-DIVISI BAHASA (Hal. 6.14)

Tabel ini secara ringkas sebagai berikut:
-1 Sistem tulisan dan fonologi dari bentuk standar dari bahasa
-2 Etimologi dari bentuk standar bahasa
-3 Kamus dari bentuk standar bahasa
-5 Sistem struktural (tata bahasa) dari bentuk standar bahasa
-6 Prosodi
-7 Bentuk-bentuk bukan standar dari bahasa
-8 Penggunaan standar dari bahasa
-9 Lain-lain
Notasi pada tabel ini hanya dapat ditambahkan pada kelas 400.
Mekanisme pembentukkan notasinya adalah notasi dasar dari kelas 400 + T4.
Contoh:
Bahasa Inggris 420
Tata bahasa (T4) -5
Tata bahasa Inggris 420 + -5 ? 425
Dengan Tabel 4 dapat dibentuk kamus dwibahasa, sebagai berikut:
Notasi dasar bahasa (4) + Notasi Bahasa I (T6) + T4 + Notasi Bahasa II (T6)
Contoh:
Bahasa 400
Italia (T6) -51
Kamus (T4) -3
Spanyol (T6) -61
Kamus Italia – Spanyol 400 + -51 + -3 + -61 à 451.361

E. TABEL RAS, ETNIK, DAN KEBANGSAAN (Hal. 6.20)

Ringkasan dari tabel ini adalah sebagai berikut:
-1 Ras/etnis Indonesia
-2 Ras/etnis Anglo Saxon, Inggris
-3 Ras/etnis Nordik
-4 Ras/etnis Latin Modern
-5 Ras/etnis Italia
-6 Ras/etnis Spanyol, Portugis
-8 Yunani
-9 Kelompok lain

Cara pembentukan notasinya adalah sebagai berikut:
i).Terdapat petunjuk
Adakalanya notasi pada bagan terdapat petunjuk penggabungan dengan
Tabel 5. Contoh:
155.84 Etnopsikologi, terdapat petujuk: tambahkan ras, etnik,
kelompok kebangsaan 01-99 dari Tabel 5 pada angka dasar 155.84.
Etnik Swiss (T5) -35
Etnopsikologi Swiss 155.84 + -35 ? 155.843 5

ii.Tidak terdapat petunjuk
Mekanisme pembentukkannya adalah
Notasi dasar + -089 (T1) + T5
Contohnya:
Seni Keramik 738
Bangsa Jerman (T5) -31
Seni Keramik Bangsa Jerman 738 + -089 + -31 ? 738.089 31

F. TABEL BAHASA (Hal. 6.21)

-1 Bahasa Indonesia
-2 Bahasa Inggris
-3 Bahasa Jerman
-4 Bahasa Perancis
-5 Bahasa Italia
-6 Bahasa Spanyol
-7 Bahasa Latin
-8 Bahasa Yunani
-9 Bahasa-bahasa lain

Cara pembentukan notasinya adalah sebagai berikut:
i. Terdapat petunjuk
Jika terdapat petunjuk pada bagan ikutilah instruksinya.
Contoh:
2X1.2 Al Qur’an dan Terjemah
Ada petunjuk: Tambahkan notasi bahasa dari tabel 6 DDC pada notasi 2X1.2. Bahasa Indonesia (T6) -1
Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia 2X1.2 + -1 ? 2X1.21

ii. Tidak terdapat petunjuk
Jika tidak terdapat petunjuk, mekanisme pembentukan notasinya adalah sebagai berikut: notasi dasar + -0175 (T1) + T6
Contoh:
Kitab Injil 220
Bahasa Italia (T5) -5
Kitab Injil dalam bahasa Italia 220 + -0175 + -5 ? 220.175 5

G. PENGGABUNGAN NOTASI DASAR (Hal. 6.22)
Pengabungan notasi dasar dimungkinkan terjadi. Hal ini dilakukan pada buku-buku yang cakupan subyeknya tidak spesifik, tetapi bersifat multi disiplin. Penggabungan notasi dasar akan dilakukan jika pada notasi dasar terdapat instruksi untuk melengkapi notasi dasar dengan menambahkan angka notasi subyek lain, instruksi tersebut: add to…
1). Menambah Notasi Dasar Dengan Notasi 001-999 (Hal. 6.23)
Yang dimaksud dengan 001-999 adalah setiap notasi dasar dari subyek yang notasinya 001-999, dengan menghilangkan angka 0 di muka atau di belakang.
Contoh:
Pengadaan Bahan pustaka ilmu-ilmu sosial: 025.73; hal ini diperoleh dari:
o Pengadaan Bahan pustaka: 025.27
o Ilmu-ilmu sosial: 300

2). Menambah Notasi Dasar Dengan Sebagian Notasi Bidang lainnya (Hal. 6.24)
Penambahan ini hanya untuk notasi dasar 100-999 (notasi 000 tidak)
Contoh:
Perdagangan berasi: 380.141 318; hal ini diperoleh dari:
o Trade: 380.1
o Specific commodities and services and specific groups of coomodities and services: 380.14
o Product of agriculture: 380.141
o Specifics products: 380.141 3—141 8 Add to base number 380.141 the number following 63 in 633—638, e.g., rice 380.141 318
o Bagian notasi dari subyek padi yaitu: 633.18 →diambil 318

H. PENENTUAN NOMOR PANGGIL (Hal. 6.25)

1. Nomor kelas bahan pustaka
2. Tiga huruf dari tajuk entri utama
3. Satu huruf pertama dari judul
4. Keterangan jilid (bila perlu)
5. Keterangan eksemplar (bila perlu)
Contoh: Prinsip-prinsip dasar sintaksis/oleh Henri Guntur Tarigan

→ 415
Tar
P I 3